Dilema Persebaya dan Berkorban Demi Negara

Ruang ganti pemain/Foto : PSSI
Iklan

Perjuangan itu telah mendapatkan hasil. Ingatan kembali melayang ke Januari 2017 ketika hampir semua masyarakat Surabaya khususnya dan pendukung Persebaya pada umumnya bergembira menyambut kembalinya tim kesayangan mereka ke kancah sepak bola nasional.

Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah generasi sehingga mereka tidak bisa mendukung secara langsung atau bahkan melihat tim kesayangannya berlaga di persepak bolaan Indonesia. Bahkan bisa dikatakan semua kegiatan persepak bolaan di Surabaya waktu itu mati suri, belum lagi harus menerima bullyan bertubi-tubi dari tetangga sebelah dan semua itu diterima oleh pendukung Persebaya dengsan rasa optimisme tinggi bahwa suatu saat nanti akan lebih baik dan keadaan akan berbalik, Kabeh ono wayahe…

Lima tahun berlalu kini hasil itu kita nikmati bahkan seluruh Indonesia menikmatinya. Sepak bola Surabaya yang dulu mereka matikan dengan banyak drama kini menjadi tulang punggung sepak bola nasional.

Di Piala AFF level senior empat pemain Persebaya yaitu Rahmat Irianto, Rizky Ridho, Ricky Kambuaya, dan Ernando Ari menjadi bagian penting tim nasional Indonesia, itu belum termasuk pemain klub lain yang juga jebolan akademi Persebaya. Dan sebagian besar mereka adalah pemain inti yang diandalkan coach STY.

Iklan

Bulan Februari ada event AFF-U23 kembali pemain Persebaya dipanggil ke timnas yaitu Rahmat Irianto, Rizky Ridho, Ernando Ari, Marselino Ferdinand dan Akbar Firmansyah, terakhir bek kanan yang barus saja bermain selama 11 menit Koko Ari juga dikabarkan dipanggil ke timnas.

Jadi sangat wajar jika ada oknum federasi yang hanya mengharapkan hasil tanpa mementingkan proses dari timnas karena sejatinya proses dari hasil tersebut ada di Persebaya, klub yang selama ini tidak pernah mereka (bapak itu dkk) harapkan berlaga di sepak bola Indonesia.

Dalam lima tahun Persebaya membangun timnya bukan hanya tim yang berlaga di lapangan hijau tetapi juga sistem management, sistem bisnis, sistem akademi dan pendukung lainnya.

Dan semua itu adalah investasi mengeluarkan dana tidak sedikit, jadi sangat wajar jika seharusnya hasilnya juga bisa dinikmati oleh Persebaya dan seluruh pendukungnya. Bukan hanya karena ketidak mampuan mengatur jadwal pertandingan liga yang selalu bentrok dengan jadwal timnas, impian Persebaya untuk berprestasi gagal di tengah jalan. Ini bukan masalah nasionalisme tetapi apakah tidak bisa mengatur jadwal sehingga tidak merugikan salah satu pihak saja.

Kalaupun musim ini Persebaya gagal menjadi juara yang merupakan harapan Persebaya dan pendukungnya, tetap kita bisa berbangga karena jangankan pemain inti, pemain cadangan Persebaya pun sudah level timnas, hmmmm

 

Penulis : Devied Febriyanto

 

 

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display