Kita Bonek selalu mengkampanyekan No Ticket No Game agar Persebaya mendapatkan income maksimal dari ticketing.
Adanya Bonek Card (Tiket Terusan) adalah terobosan baru di sepakbola Indonesia, Persebaya menjadi pionir dari klub lainnya yang masih karut marut dalam hal ticketing. Tapi saya rasa untuk tiket terusan musim ini marketing mengalami kemunduran. Karena tiket terusan selain tidak dicetak di kartu sebagai identitas pemilik dan mempermudah barcode, juga pemilik tiket terusan dibikin ribet harus cetak tiket fisik tiap match.
Bagaimana dgn Bonek luar kota yang di daerahnya tak ada store cabang?
Juga pendaftaran tiket terusan tak kurang dari seminggu dari laga home pertama di GBT. Terkesan ngejar deadline. Di saat banyak Bonek kelas pekerja yang belum mendapatkan gaji. Tidak ada solusi semisal menggandeng jasa keuangan / e-commerce yg menyediakan Pay Later untuk mempermudah Bonek dalam hal pembelian tiket terusan ini.
Memang cinta tak harus ada balasan, loyalitas Bonek tak perlu dipertanyakan. Tapi ya mbok official memikirkan resiko Bonek yang nantinya akan menukarkan ke tiket fisik tiap laga.
Pulang kerja malam dengan kondisi capek, harus ke Surabaya menukarkan tiket fisik. Kalau terjadi kecelakaan di jalan siapa yang bertanggungjawab?
Berikan kesempatan Bonek untuk berkontribusi yang tidak merugikan satu pihak.
Tujuan Bonek membeli tiket terusan (Bonek Card) adalah menjelang bigmatch kita tidak perlu lagi bingung pesan dan menukarkan tiket. Biar bisa fokus ke pekerjaan dan pas Persebaya Day tinggal berangkat.
Sudah dipersiapkan kah planning jika ada laga home usiran? Seperti yang sudah-sudah tidak ada kejelasan hanya diberikan pengganti free untuk menonton pada laga persahabatan.
Dan lagi saat bigmatch kapasitas tribun menjadi overload. Menjadi sebuah pertanyaan berapa jumlah Bonek Card yang terjual? Apakah kapasitas stadion sudah diisi oleh kuota pemegang Bonek Card?
Jadi keinget kalo laga bigmatch terpaksa duduk di tangga tribun VIP karena kursi sudah penuh. Aneh.
Dan tiket terusan dalam bentuk fisik ini juga berpotensi banyak yang menjadi calo dadakan. Ada yang royal ada yang pelit. Bagi yang royal, ketika tak bisa menonton pertandingan, ya dibiarkannya tiket mereka hangus. Toh untuk pemasukan tim.
Bagi mereka yang pelit, mereka akan menjual tiketnya ke orang lain. Jika laga biasa mungkin dijual dgn harga lebih murah, yang penting bisa terjual.
Bagaimana yang terjadi jika laga biasa banyak menjual di bawah harga normal (75K) karena takut tiketnya ga terjual, apalagi jika prestasi tim menurun. Nilai dari pertandingan itu akan menjadi lebih murah.
Sebagai gambaran Tiket Fans satu musim seharga 1.275.000 (Free Jersey Autentic). Hitunganan orang yang tidak mau rugi begini : Jersey Autentik dijual ke orang lain. Syukur bisa dijual dengan harga seperti di store 750K. Artinya 1.275K – 750K = 525K.
Nilai dari 17 laga Home adalah 525K artinya tiap laga Home tiket itu bernilai 30K. Sangat berbeda jauh dgn tiket normal 75K (biasanya turun ke bawah 85K).
Artinya pemegang tiket terusan dalam bentuk fisik itu kalo tidak bisa datang tiket itu dijual ke orang lain. Dijual 75K pun mereka tetap untung 45K
Atau kalo ingin tiketnya ingin cepat terjual, ya jual saja 50K atau kalo gak mau ribet lagi jual 30K. Bagaimana yang terjadi jika banyak Bonek berpikir menjual tiket lebih murah? Atau prestasi klub menurun hingga nilai pertandingan itu menjadi rendah. Banyak yang mencari tiket murah dari pemenang giveaway, pemegang tiket terusan, dan calo yang gagal jualan. Apakah tidak berpotensi menggangu finansial tim dalam ticketing?
Kondisi Persebaya dan Barcelona memang berbeda, lebih memprihatinkan Barcelona. Tapi kondisi Barcelona dulu awal finansial tim berawal seperti Persebaya saat ini.
Fyi, Barcelona menanggung hutang ±20 Triliun Rupiah disebabkan oleh kepengelolaan awal dr klub, resesi pandemi Corona. Hingga akhirnya nekat di musim ini berhutang dengan mencicil 25 tahun. Juga menjual 25% hak siar selama 25 tahun dan menjual 45% hak royalti merchandise nya.
Ya demi bertahan di musim ini dengan perjudian harus meraih juara, jika gagal tak ada sponsor masuk dan Barcelona mengalami kebangkrutan takkan ada lagi nama Barcelona di dunia sepakbola.
Memang terlalu jauh jika Persebaya dibandingkan Barcelona, tapi dari Barca itu lah kita dapat belajar kegagalannya dalam mengatur finansial klub.
Harapannya, kaji ulang adanya tiket terusan yang memberatkan Bonek dan jangan beri celah terjadi penjualan tiket di bawah harga normal. Jangan tutup mata dan telinga, lihatlah kolom komentar di IG Persebaya banyak kritikan dari Bonek yang menjadi pengguna Bonek Card pada musim sebelumnya.
Kesimpulannya, lek official kuping e kandel. Ya wis mbonek opo anane, pengin nonton beli tiket dari pemegang tiket terusan yang gak bisa berangkat, atau beli ke pemenang giveaway yang dijual lebih murah.
Ketimbang ala Tambaksarian jebol lawang stadion .
Persebaya Sakmampune