Sudah lama aku tidak berada di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) bersama Green Nord (GN). Kami biasanya mendukung Persebaya dari tribun utara. Tribun ini terasa spesial karena kami selalu bernyanyi, meneriakkan yel-yel, dan melakukan atraksi di sana setiap Persebaya berlaga.
15 Januari lalu, 7 hari pasca Persebaya diakui kembali oleh PSSI, aku bersama 12 kawan dari GN datang ke GBT. Dua bulan lagi, Persebaya akan mengikuti kompetisi Liga 2, nama baru Divisi Utama.
Tujuan kami untuk mengecek kondisi tribun utara. Bersama tim kreatif GN, kami memeriksa tiang 3D, dan mengukur panjang kali lebar tribun utara, dari gate 4 hingga gate 6. Aksi yang kami persiapkan saat Persebaya kembali berlaga nanti akan luar biasa. Kami ingin semua berjalan sempurna sehingga pengecekan kondisi tribun saat ini wajib kami lakukan.
Akses jalan ke stadion sebagian sudah diaspal sehingga tidak banyak lubang. Jalan-jalan juga sedikit dilebarkan.
Setibanya di GBT, hanya dua orang yang diperbolehkan masuk stadion oleh petugas jaga. Tapi akhirnya semua bisa masuk setelah kami berputar keliling stadion mencari pintu yang tidak diawasi petugas.
Setelah sekian lama, aku bisa masuk dan kembali merasakan armosfer sebuah stadion. Meski saat itu kosong, senang rasanya aku bisa melepas rasa rindu. Akhirnya Persebaya bisa kembali berlaga karena liga sudah di depan mata, gumamku.
Papan skor pertandingan masih belum ada. Tak jauh beda dengan kondisi GBT beberapa tahun yang lalu. Pengelola seakan lupa jika sebuah pertandingan membutuhkan sebuah papan skor.
Beberapa kerusakan
Aku berjalan menuju tribun utara sambil mengamati rumput stadion. Meski sebagian ada yang gundul, namun rumput di lapangan masih layak dipakai untuk pertandingan Persebaya.
Tak lama, aku menginjakkan kaki di tribun utara. Senang rasanya bisa kembali ke tempat spesial. Namun sayang, kondisinya tidak seperti yang aku harapkan. Bagian bawah dan paling bawah tergenang air. Rumput semacam ilalang tumbuh di sela-sela beton tempat duduk yang pecah.
Kondisi pintu tribun utara masih tergembok rapi. Sayang aku tak sempat melihat kondisi pintu-pintu di tribun lain. Sejauh ini, pintu tribun utara aman.
Tembok di lorong menuju tribun dipenuhi coretan-coretan phylox bertuliskan nama-nama komunitas. Terasa tidak terawat karena dibiarkan tidak dihapus.
Kebersihan stadion tidak begitu terawat. Aku sempat masuk toilet dan kondisinya sangat kotor. Kamar mandinya kotor dan pintu kaca kamar mandi banyak yang pecah. Sementara di lorong tangga menuju tribun atas juga masih banyak yang bolong.
Waktu itu, aku melihat beberapa pekerja yang kemungkinan didatangkan oleh Pemkot sedang membenahi beberapa bagian yang rusak. Meski kondisinya masih belum seperti yang aku harapkan, GBT masih layak dipakai untuk kandang Persebaya.
Aku berharap agar GBT segera diperbaiki dan direnovasi. Papan skor harus segera dibuat. Stadion sebesar ini mengapa tidak ada papan skor?
Aku juga meminta dulur-dulur Bonek untuk ikut menyambut Persebaya dengan bersama-sama menjaga stadion kebanggaan kita. (*)