EJ – Sebagai seorang pegawai kantoran di perusahaan keuangan, Husein Gozali, sudah sangat mapan. Namun di awal 2014, ia memutuskan keluar dari pekerjaan dengan penuh keyakinan. Pria yang mempunyai beberapa anak ini memutuskan menjadi seorang wirausahawan.
Ya, Husein Gozali merupakan pemilik sekaligus pengaduk kopi handal dari warung yang diberi nama Warkop Pitulikur. Nama yang diambil dari tahun kelahiran Persebaya yakni 1927 dengan bahasa Jawa. Beralamat di Bagong Tambangan 32, Ngagel, Surabaya, warkop sering digunakan sebagai tempat nobar pertandingan liga-liga Eropa. Berbagai fans klub sering mengadakan nobar di warung yang buka 24 jam ini.
“Saya membuka usaha warkop ini untuk memberi ruang anak muda nongkrong dan diskusi dengan harga terjangkau,” kata Cak Conk, panggilan akrabnya, saat diwawancarai EJ
Insting dan keyakinannya membuat fans Chelsea garis kenyal ini membuka warung kopi. Ia lakukan itu dengan tekad bulat dan nyali seorang Bonek. Masa itu adalah masa-masa sulit bagi Bonek, suporter Persebaya, klub yang didukungnya tak bertanding dan selalu berkonfrontasi dengan PSSI. Warkop miliknya mulai menjadi salah satu pusat koordinasi perjuangan Arek Bonek 1927, selain Mess Karanggayam.
Dalam setiap aksi Bonek, warkopnya dipakai sebagai titik kumpul. Terakhir, warkop menjadi titik keberangkatan rombongan Bonek ke Bandung saat Kongres PSSI 8 Januari lalu. Warkop miliknya juga sering digunaan sebagai tempat kopdar Bonek Green Nord. Ratusan Bonek biasanya membicarakan rencana-rencana besarnya di warkop. Meja dan kursi dipinggirkan agar bisa menampung Bonek yang ikut kopdar. Warkop juga menjadi titik kumpul dan keberangkatan Bonek Green Nord menuju stadion saat mendukung Persebaya.
Seperti kebanyakan warkop, ia juga menjual menu seperti kopi, teh, gorengan, atau mie goreng. Setiap hari, ratusan Bonek dan masyarakat biasa datang ke warkop untuk sekedar nongkrong.
Saking seringnya digunakan sebagai tempat nobar, perusahaan rokok mem-branding warkop ini dengan kontrak yang lumayan. Jika ke sana, pasti semua akan melihat bagaimana brand perusahaan rokok itu melekat di berbagai sudut warung. Ada juga dealer yang pernah menyewa spot di warung sebagai sarana untuk mempromosikan motor terbaru mereka.
Di era digital ini, warkop pitulikur juga hadir di media sosial. Cak Conk membuat akun di twitter Warkop Pitulikur sebagai sarana untuk berinteraksi dengan followernya. Di akun tersebut, Cak Conk akan memposting jadwal-jadwal nobar.
Cak Conk bercerita, awalnya ia menjual kendaraan yang biasa digunakan untuk bekerja sebagai modal awal. Motor Honda Kharisma kesayangannya dijual dan laku Rp 3,6 Juta. Didukung penuh istri tercintanya, jadilah Cak Conk membuka warkop yang sekarang sudah sangat terkenal di dunia suporter sepakbola di kota Surabaya ini.
Saat ditanya filosofinya, Cak Conk mengatakan bahwa orang hidup itu harus selalu berusaha dan berusaha serta jangan menyerah dengan keadaan. Karakter Bonek sangat kuat melekat pada dirinya dan itu diakuinya sangat mempengaruhi mental kehidupannya.
“Alhamdulillah, saya juga seorang Bonek. Mempunyai mental yang pantang menyerah. Usaha saya bisa tumbuh seperti sekarang. Tapi saya tidak boleh puas diri. Harus terus berkembang,” tambah Cak Conk.
Dia juga mempunyai pesan kepada para bonek lainnya untuk jangan takut untuk berusaha atau mempunyai usaha sendiri. Masalah modal adalah hal klasik dalam berusaha. Jika sudah punya niat dan kerja keras pasti akan bertemu jalannya.
Ada cita-cita menarik dari Cak Conk. Jika Warkop Pitulikur-nya bisa besar dan punya waralaba luas, ia punya keinginan membeli sebagian saham Persebaya. Cita-cita mulia seorang yang begitu mencintai Persebaya. Satu lagi cita-citanya tahun ini. Selain Persebaya bermain kembali, Chelsea menjadi juara liga Inggris. (bim)