EJ – Persebaya harus mengakui keunggulan tuan rumah PSIS Semarang dengan skor tipis 0-1 pada pertandingan uji coba Minggu (12/3) sore yang lalu. Kekalahan dari PSIS merupakan kekalahan kedua Persebaya pada pertandingan pramusim tahun ini. Sebelumnya, pada turnamen Dirgantara Cup di Sleman beberapa pekan lalu, dari lima pertandingan yang dilakoni Persebaya, anak asuh Iwan Setiawan mencatatkan satu kekalahan dari Cilegon United di fase grup.
Ujian Mental Untuk Pemain Lapis Kedua
Kalah dari PSIS menjadi pelajaran tersendiri bagi Persebaya, setidaknya begitulah ucapan coach Iwan usai pertandingan. Menurut coach Iwan, pemain-pemain muda yang diturunkan pada laga kemarin bisa belajar bagaimana caranya menghadapi tekanan dari tim yang memang sudah bisa dibilang matang.
Menghadapi Persebaya dalam duel klasik dua tim bersejarah, pelatih PSIS, Subangkit, menepati janjinya untuk menurunkan tim terbaik. Anam Syahrul yang sempat absen pada laga uji coba PSIS melawan Persekap Kabupaten Pekalongan kembali dimainkan sejak menit pertama. Selebihnya, pemain-pemain terbaik PSIS pun juga bermain sejak awal, termasuk tridente lini depan yang diisi Juni Riadi, Hari Nur Yulianto, dan Johan Yoga Utama.
Sementara itu, tim tamu Persebaya menurunkan pemain-pemain lapis dua yang jarang mendapatkan kesempatan bermain pada Piala Dirgantara lalu. Perubahan paling mencolok terlihat di lini belakang dan lini depan. Rahmat Juliandri dimainkan sejak awal mengisi posisi bek kiri menggantikan Mat Halil. Pemain debutan sekaligus kapten tim pada laga melawan PSIS, Rachmat Irianto mengisi pos bek tengah yang ditinggalkan Andri Muliadi.
Sedangkan di lini depan, trio Abu Rizal Rodeg, Siswanto dan Thaufan Hidayat dimainkan untuk mendukung Irfan Jaya yang diplot sebagai striker tunggal dalam formasi 4-2-3-1. Di sektor tengah, coach Iwan tetap memainkan duet Misbakul Solikin dan Sidik Saimima sebagai motor permainan Persebaya.
Jika dilihat dari starting eleven yang diturunkan, coach Iwan jelas ingin memberikan jam terbang lebih kepada pemain-pemain yang selama ini kerap menghuni bangku cadangan. Melawan PSIS yang turun dengan tim terbaik plus bermain di hadapan suporternya sendiri, coach Iwan seperti ingin membiasakan pemain merasakan atmosfer partai tandang di liga nanti.
Agresivitas Persebaya Gagal Menembus Tembok Pertahanan PSIS
Secara teknis, permainan anak-anak muda Green Force memang tidak kalah dari PSIS. Hal tersebut bisa dilihat dari kemampuan Irfan Jaya cs. dalam mengimbangi permainan PSIS yang turun dengan skuad terbaik.
Pada babak pertama, lini serang Persebaya yang dipimpin Irfan Jaya memang sempat merepotkan pertahanan PSIS. Namun itu hanya terjadi pada 20 menit pertama jalannya pertandingan. Irfan yang bukan tipe striker murni nampak kesulitan untuk menembus kokohnya pertahanan Mahesa Jenar yang dikomando pemain senior Anam Syahrul.
Ketidakmampuan Persebaya untuk bisa menembus pertahanan PSIS seolah mengulangi kejadian ketika Bajul Ijo dikalahkan Cilegon United di babak grup Dirgantara Cup. Hal ini sekaligus semakin menegaskan ketergantungan Persebaya pada sosok Rachmat Afandi sebagai ujung tombak. Tanpa Fandi yang memiliki kemampuan finishing baik serta pandai membuka ruang, amunisi-amunisi muda Green Force di lini serang seperti bermain tanpa pola.
Sepanjang babak pertama, praktis tak ada peluang berarti yang diciptakan oleh Persebaya. Di lain pihak, PSIS terlihat nyaman bermain dengan bola-bola pendek untuk mendikte pola permainan Persebaya. PSIS mendapatkan peluang terbaik di babak pertama ketika tendangan Juni Riadi mengenai tiang gawang Persebaya yang dikawal oleh Miswar Saputra.
Memasuki babak kedua, PSIS tetap memainkan skema permainan yang sama. Sementara itu, Persebaya mencoba mengubah pola permainan dengan memainkan pemain-pemain senior seperti Rendi Irwan dan Mat Halil pada pertengahan babak kedua. Masuknya nama-nama senior sempat menambah daya dobrak Persebaya. Namun PSIS sudah terlanjur menguasai pertandingan sehingga bisa mengantisipasi skema serangan Bajul Ijo.
PSIS akhirnya memecah kebuntuan pada menit ke-87. Melalui sebuah skema bola mati, gelandang Mahesa Jenar, M. Yunus yang memenangi duel udara di kotak penalti Persebaya berhasil menyundul bola masuk ke dalam gawang Miswar Saputra. Skor 1-0 untuk keunggulan tuan rumah bertahan hingga berakhirnya pertandingan.
Kesimpulan
Meski harus kalah oleh PSIS, namun ada beberapa poin yang bisa diambil dari pertandingan sore itu. Lini belakang Persebaya yang diisi pemain-pemain muda berhasil tampil bagus, walaupun harus kecolongan satu gol. Perhatian tentu tertuju pada sosok Rachmat Irianto. Putra bek legendaris Persebaya Bejo Sugiantoro itu diluar dugaan mampu tampil percaya diri pada pertandingan debutnya bersama tim senior.
Di luar gol yang bersarang ke gawang Persebaya, duet Rian dengan M. Syaifudin mampu tampil kokoh. Dengan kesempatan bermain yang terus diberikan, Rian bisa saja muncul sebagai pelapis yang mumpuni untuk duet bek utama M. Syaufudin dan Andri Muliadi.
Sedangkan untuk lini depan yang gagal mencetak gol, coach Iwan sepertinya memang harus mencari tambahan satu striker lagi untuk menambah daya gedor Persebaya. Tanpa Rachmat Afandi, lini serang Green Force kehilangan pemain finisher yang bertugas menyelesaikan serangan.
Pertandingan di Gelora Bung Tomo pada Minggu (19/3) depan dengan lawan yang sama bisa menjadi bahan evaluasi yang sangat penting. Jika tetap gagal menang melawan PSIS di GBT, sepertinya tambahan pemain baru yang memiliki jam terbang tinggi mutlak dibutuhkan Persebaya. (rvn)