Surat untuk Music Director Gelora Bung Tomo

Gelora Bung Tomo. Foto: Ninda Sahriyani/EJ
Iklan

John Lennon pernah mengatakan bahwa lagu yang baik adalah lagu yang mampu disenandungkan pendengar ketika dia kali pertama mendengarnya. Pandangan Lennon dikuatkan dengan karya-karyanya dalam band Beatles ataupun karir perorangannya, yang abadi hingga sekarang.

Lagu memang menjadi sebuah energi tersendiri dalam proporsinya. Lagu mampu meremuk redamkan emosi dan membuat berlipat lipat ganda pendengarnya, bergantung suasana jiwa saat itu.

Dalam konteks stadion, arena NBA di AS gegap gempita oleh music hip hop dan R&B top 40 yang booming di sana. Di stadion-stadion klub asal London lagu-lagu chant yang di-record ulang oleh band-band lokal menjadi menu utama mengiringi open gate dan masuknya penonton.

Gelora Bung Tomo seakan luput dari hal ini. Padahal, lagu dapat menjadi suplemen suporter yang memasuki stadion sembari menanti kick off. Lagu yang di-list oleh music director (MD) terkesan monoton dan bahkan menjauh dari ruh sepak bola.

Iklan
BACA:  Persebaya vs Madura United : Babak Pertama Imbang 1 - 1

MD seakan menjadikan stadion layaknya stasiun radio teenager yang kerap memutar Calvin Harris feat Rihana, major Lazer & DJ Snake, Marshmello, Fifth Harmony, dll. Memang, stadion tidak melulu identik lagu keras menghentak dan sesekali lagu top 40. Tapi, dalam GBT suasana harus lain dari stadion lain, harus berkarakter keras dan membahana.

Kita tentu ingat ketika “Kapal Api” membuat lomba cipta chant dan lagu yang dikompilasikan. Kemanakah band band yang terpilih itu? Di manakah kita bisa mendengar karya-karya itu? GBT-lah seharusnya menjadi tempat untuk memutar karya kompilasi band-band asal Surabaya tadi, yang semuanya bertema persebaya dan menyemangati pendengar (Bonek).

Pernahkah anda mendengar single “Emosi Jiwa” karya alm. Oka Gundul yang fenomenal dalam aransemen Rezroll feat Kin? Atau “Song For Pride” juga dalam aransemen berbeda oleh mereka? Cobalah untuk terus menerus memutar single-single tadi dengan sound system 10 ribu watt yang ada di stadion, bukan hanya kita merinding mendengarnya, tapi pemain lawan pun dalam ruang ganti akan bergidik olehnya.

BACA:  Bek Bali United Novan Sasongko ke Persebaya?

Jika MD ‘berani’ meng-eksplorasi wawasan bermusiknya (koridor stadion), sepertinya usulan di atas patut di coba. Maka, jargon yang digadang-gadang Bonek “iki Suroboyo” akan membumi. Di saat itu pula “teror” terselubung melalui lagu-lagu yang “Bonek” dan “Persebaya” akan membakar adrenalin pemain dan menciutkan nyali lawan.

Karena, sebuah karya alm Oka Gundul dan kawan-kawan kompilasi Kapal Api harus meresap dalam mindset dan menjadi penghantar tidur Bonek ketika selesai menyaksikan pertandingan.

Salam 1 nyali! WANI!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display