Persebaya Sabtu kemarin sukses membungkam tamunya. Tidak main-main, sang penguasa klasemen, saudara kita ayam jantan dari timur, PSM Makassar dikalahkan dengan skor mencolok 3-0. Kemenangan ini membuat arek-arek nangkring di posisi ke-9 (sementara, masih menunggu pertandingan lain di pekan ke-30) dengan poin keramat 41. Dengan raihan poin 41, walaupun secara matematis belum 100 persen, tapi secara prediksi dan teknis, Green Force dipastikan akan tetap bermain di Liga 1 musim depan.
Masa-masa dag dig dug para Bonek berakhir ceria, Persebaya aman dan bahkan masih berpeluang untuk finish lebih tinggi lagi di akhir klasemen nanti. Permainan di 5 pertandingan terakhir memang sangat buas. Bagaimana tidak (minus kekalahan 3-1 Di Jayapura) Persib, Madura United, Persija dan PSM digasak dengan skor mencolok. Dari total 5 pertandingan terakhir ini, Persebaya mengemas poin 12 dengan gol memasukkan 15 (rata-rata per game 3 gol!) dan kemasukan gol 4 (hanya 0,8 per game!). Dan kesemua korban keganasan Bajul Ijo adalah penghuni papan atas. Benar-benar fantastic! Super Bajul Ijo!
Itung-itungan otak-atik gathuk subjective saya, Green Force akan finish di top 10!
Lalu apa selanjutnya?
Memang saat-saat ini adalah saat perayaan, saat untuk bersyukur. Kini setelah pasti bertahan, lalu selanjutnya bagaimana? Masih ada 4 pertandingan untuk meraih poin maksimal, untuk lebih memantapkan posisi diakhir nanti.
Dalam kompetisi sepak bola profesional, persiapan adalah sesuatu yang tidak pernah berhenti. Persiapan untuk musim depan bisa langsung dilakukan dari sekarang. Toh Persebaya sudah pasti bertahan, tapi secara matematis sulit untuk merengsek sampai ke puncak. Terlalu dini? Well, saat ini bisa dimulai dari mapping poin-poin apa saja, lalu eksekusi dilakukan setelahnya, dan lebih baik secepatnya. Menurut saya pribadi, poin-poin di bawah inilah yang perlu dipersiapkan:
Sponsor dan Investor
Persebaya sudah pasti bermain di strata teratas Liga 1 Indonesia musim depan. Dengan rata-rata penonton yang tinggi di stadion setiap laga home musim ini, lalu animo Bonek yang juga makin meluas semenjak Persebaya naik kasta, ini tentu saja bisa dijadikan bargaining power bagi management untuk memperoleh sponsor yang banyak dan besar sebagai pendukung pemasukan klub memulai kompetisi musim depan. Satu yang mencolok adalah sponsor apparel yang musim ini masih nihil. Bahkan, dengan gerilya yang baik, bukan tidak mungkin investor juga bisa hadir sebagai tambahan amunisi financial klub.
Dengan berhasil menggaet sponsor-sponsor yang besar, persiapan tim mengarungi kompetisi musim depan menjadi lebih mantap. Pembentukan tim bisa menjadi lebih mudah jika modal berupa dukungan financial-nya sehat dan kuat.
Coaching Staff
Semenjak meneruskan tim dari coach Alfredo Vera, coach Djadjang Nurdjaman berhasil mengemban tugas untuk mengamankan Persebaya untuk tetap berada di Liga 1 musim depan. Raihan poin saat ini juga cukup memantapkan Green Force di papan tengah bahkan juga terbuka untuk finish di papan atas di akhir kompetisi nanti.
Jujur, saya termasuk pribadi yang sedikit meragukan pengambilan keputusan oleh management mengganti coach AV dengan coach Djanur. Ternyata saya salah. Coach Djanur terbukti memang pelatih jempolan. Dengan pengalamannya yang cukup matang di kompetisi Indonesia, pernah membawa Persib juara, tryout di Intermilan, dan sekarang membawa Green Force bertahan di Liga 1, tidak mengejutkan jika coach Djanur kembali dipertahankan untuk mengarungi kompetisi musim depan.
Pun demikian dengan deputi beliau, coach Bejo Sugiantoro. Semenjak mendapatkan promosi dari tim junior menjadi asisten pelatih utama, sosok legenda Persebaya yang berduet dengan coach Djanur berhasil mengembalikan trah angker Gelora Bung Tomo, mengembalikan gaya ngeyel, ngosek, dan permainan attractive menyerang yang sempat hilang di awal-awal kompetisi.
Duet kepelatihan ini sangat layak menurut saya, untuk dipertahankan musim depan.
Mungkin, yang perlu ditambah (atau dibenahi) adalah pelatih fisik tim. Musim ini cukup sering pemain Persebaya menepi karena cedera, dan sering pula keadaan ini menyulitkan tim pelatih untuk meracik strategi. Dengan memperbaiki tim fisik, diharapkan cedera pemain dapat menjadi minimal, sehingga rotasi bisa benar-benar terjadi hanya karena alasan taktik, bukan karena pemain yang banyak cedera.
Pemain
Pemain tentu saja adalah pilar utama dari tim, karena merekalah yang akan tampil di atas lapangan. Seperti yang sudah-sudah, banyak tim-tim Liga Indonesia yang melakukan sistem kontrak pemain per kompetisi. Selesai kompetisi, bubar pula tim tersebut. Jadi istilah pembelian atau transfer pemain hampir tidak pernah terjadi di Indonesia, karena banyak pemain berstatus free agent/free transfer ketika diambil karena tidak ada ikatan kontrak lagi dengan klub sebelumnya.
Persebaya sendiri pelan-pelan mulai musim lalu menerapkan ”proteksi” dengan memberikan beberapa pemain kontrak dengan durasi lebih dari 1 tahun. Pemain-pemain ini diharapkan bisa stay lebih lama karena diproyeksi manjadi tulang punggung atau memiliki potensi yang cerah, dan ketika ada klub yang berminat, transfer fee akan berlaku. Pemain menjadi aset, bagian dari investasi klub. System business seperti ini sudah sangat lazim terjadi di negara-negara dengan industri sepak bola yang maju.
Nah, dari uraian di atas, management intinya harus gerak cepak untuk segera mengamankan pemain-pemain dengan status free agent di akhir musim. Saya pribadi melihat, pemain-pemain pilar seperti David da Silva, the rising star Osvaldo Haay, Ruben Sanadi, Fandry Imbiri wajib segera disodorkan kontrak. Disamping juga beberapa pilar “lokal” lainnya. Khusus untuk Irfan Jaya, beruntung sudah dikontrak 2 tahun mulai awal musim ini (bersama M.Hidayat dan Oktafianus Fernando). Evaluasi pastinya perlu dilakukan sebelum pengambilan keputusan akhir, tapi melihat performa di beberapa pertandingan terakhir, cukup rasanya dijadikan pertimbangan.
Memetakan beberapa sisi keperluan tim juga bisa dilakukan untuk dijadikan dasar memburu pemain baru. Seperti kita ketahui, ketimpangan kualitas pemain menjadi salah satu alasan jebloknya performa tim. Ketika pemain utama cedera, lalu penggantinya ternyata kurang ciamik. Ketimpangan ini harus dibenahi untuk musim depan. Lini belakangan dan tengah menjadi lubang menganga ketika pemain utama berhalangan, harus dicarikan pemain yang sepadan agar gap kualitas tidak terlalu jauh dan juga menghadirkan persaingan yang ketat di-internal tim itu sendiri. Lini depan juga sebenarnya juga sudah baik, namun tentu saja masih juga dipoles lagi dengan menghadirkan pemain baru. Perekrutan tentu saja harus memerhatikan sisi teknis rekomendasi dari pelatih, sisi harga, prospek proyeksi investasi dan lain sebagainya. Mengontrak dengan system ”tarkam” harus pelan-pelan ditinggalkan.
Management
Jos! Itulah pendapat dari saya mengenai kinerja management tim saat ini. Tentu saja masing-masing memiliki pendapat sendiri-sendiri. Tapi tolak ukur dari saya, simple! Perbandingan dengan tim-tim lain di Liga 1. Bagi Green Force musim ini, tidak ada pergolakan internal dikarenakan telat gaji, telat bonus, tim tidak bisa melawat tandang, tidak diseret ke politik, tidak ”main mata” dengan federasi, dan lain-lain. Kalau mau fair, problema ini masih banyak dijumpai di kontestan yang lain. Persebaya cenderung bersih dari masalah-masalah tadi. Lalu juga pengembangan prestasi di level junior yang so far cukup memuaskan.
Management juga mendengarkan saran dan kritik dari Bonek. Tentu saja tidak semua kritik dituruti, karena management juga memiliki pertimbangan tersendiri. Yang paling mencolok adalah pergantian di tengah jalan coach AV dan manager team. Konsep customer relationship tidak sepenuhnya jelek, dan itu yang saya lihat.
Pun demikian dengan membangun imperium bisnis sepakbola yang maju. Pembukaan beberapa Persebayastore juga saya lihat sukses. Di industri sepak bola maju, penjualan merchandise menjadi pilar utama pemasukan klub, bahkan sejajar (atau lebih) dengan pemasukan dari penjualan tiket. Rasa memiliki klub bagi supporter bisa tersalurkan dari sisi ini. Membeli yang asli adalah salah satu bentuk dukungan real selain hadir di stadion tentunya. Bonek-Bonek cyber jarak jauh (macam saya) bisa mendukung dengan membeli jersey atau apparel lainnya dari Persebaya Store.
Lalu juga management sudah merambah ke dunia digital yang sudah dilakukan di musim ini. Memiliki website yang cukup oke, webshop yang juga bagus, lalu social media yang luas dengan fiture yang juga mantap bisa dijadikan milestone tersendiri dalam pembangunan klub di jaman modern ini. Sekali lagi, pendapat saya ini berdasarkan perbandingan dengai tim-tim lain di Liga 1, yang ternyata tidak semuanya memiliki platform sebaik dan semaju Persebaya dari sisi digital. Padahal digital world is the future!
Sekarang, management harus segera bergerak, membangun tim dari sisi teknis dan bisnis untuk menatap musim depan. Musim ini pencapaiannya sudah OK, berhasil bertahan, bahkan bisa nangkring lebih tinggi lagi. Musim depan adalah sangat wajar jika Bonek mengharapkan posisi yang lebih tinggi, bahkan posisi yang bukan lagi sekedar bertahan atau mapan di tengah, tapi posisi memperebutkan gelar juara, posisi papan atas. Saya juga berharap terobosan pengembangan klub dari sisi business dan operational, untuk menjadikan Persebaya sebagai klub industri sepak bola yang maju dan modern. Go Public? Why not!!
*) La Gusti Negeri, berdomisili di Belanda dan bercita-cita bisa tret tet tet langsung di GBT. Bisa ditemui di twitter @la_gusti