Kesalahan Berfikir dalam Memaknai Rivalitas Sepak Bola

Foto: Ninda Sahriyani for EJ
Iklan

Sedikit belajar tentang kosakata, logical fallacy; kesalahan dalam berfikir. Ada beberapa tipe logical fallacy, salah satunya adalah tipe argument from adverse consequences; merupakan logical fallacy di mana seseorang merasa dirinya harus benar dalam perdebatan karena apabila ia tidak benar maka hal-hal (yang ia percaya) tidak baik akan menjadi konsekuensinya. Karena itu, lawan debat harus berada di posisi salah menurut standar yang ia pakai. Padahal, terkadang standar ini sangatlah relatif kebenarannya dan tidak dapat “digeneralisasikan”. Generalisasi; adalah proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal dan sebagainya.

Logical fallacy sangat rentan terjadi pada rivalitas, baik saat beradu pendapat atau juga saat menyikapi suatu kejadian. Dalam sepak bola Indonesia rivalitas sangat erat dengan kelompok suporter klub-klub tertentu. Tentu saja ini wajar terjadi karena sepak bola Indonesia sangat menggeliat, banyak orang yang mendedikasikan dirinya sebagai suporter yang loyal, rela meluangkan waktu dan materi, bahkan mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak wajar demi klub yang mereka dukung. Namun semakin lama rivalitas ini menjadi tidak sehat, beberapa dari mereka tidak segan melakukan hal negatif, juga sering terjadi logical fallacy, mereka ber-argumen hanya untuk menang atau kepuasan pribadi bukan mencari fakta yang benar.

BACA:  Blessing Game, Laga Syukuran Bukan Laga Bisnis

Yang terburuk, karena rivalitas bahkan berakibat kekerasan sampai nyawa jadi taruhannya. Apakah ini salah rivalitas? Apakah ini salah sepak bola? Bukan, saya rasa tidak adil jika menyalahakan suatu fenomena yang disebabkan oleh diri kita sendiri. Sepak bola hanyalah fasilitas bagi kita untuk mengekspresikan pikiran kita, sepak bola adalah bentuk dari luapan emosi kita, fenomena sepak bola ada sebagaimana kita menyikapi sepak bola kita sendiri. Tidak ada yang salah dengan rivalitas, tidak ada larangan berivalitas, namun tidak dibenarkan jika rivalitas harus berujung dengan meregang nyawa.

BACA:  Dituduh Provokator Lagi: Benar Kan, Jadi Bonek Itu Tidak Gampang!

Bagi saya, rivalitas adalah bagaimana usaha kita untuk menjadi lebih baik dari lawan. Rivalitas adalah tentang harga diri, tidak sekedar menang dan kalah, tidak sekedar siapa yg paling ‘sangar’, namun ada lambang di dada yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya dengan sehormat-hormatnya. Rivalitas bukan berarti membenarkan yang sependapat lalu menyalahkan yang berbeda pendapat, rivalitas bukan ajang kekerasan. Rivalitas adalah bertanding jika sebanding, rivalitas adalah siapa yang diakui bukan mencari pengakuan, rivalitas adalah siapa yang menang tanpa menjatuhkan, rivalitas adalah siapa yang lebih berkembang tanpa harus merendahkan.

Iklan

Terlepas dari sepakbola dan rivalitas, semua kembali kepada diri kita sendiri. Bagimana kita membawa diri, bagaimana kita menjaga diri, karena sepak bola untuk bahagia!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display