Harapan Bonek ke Persebaya, Lima Besar Paling Realistis, Tapi….

bonek
Bonek di laga Persebaya lawan Madura United. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Persebaya kini punya peluang cukup besar untuk selesai di posisi 5 besar Liga 1. Tapi, paling penting, Green Force harus mampu menampilkan permainan atraktif tanpa kenal lelah sesuai dengan ciri khas arek Suroboyo.

Mengantongi 42 poin dari 30 laga, Persebaya hampir dipastikan lolos dari zona degradasi. Green Force hanya butuh 1 poin untuk memastikan diri tetap berlaga di Liga 1 musim depan.

Bahkan, andai Perseru Badak Lampung FC gagal meraih kemenangan atas Persija Jakarta, Minggu (7/12/2019) esok maka Persebaya bakal resmi dinyatakan bertahan di Liga 1 2020. 

Praktis, target manajemen Persebaya yang dibebankan kepada Aji Santoso sudah tercapai. Saat menunjuk Aji pada pekan ke-26 Liga 1 lalu, manajemen hanya menginginkan pelatih asal Malang itu membawa Bajol Ijo lolos dari zona degradasi. 

Iklan

Kini optimisme baru bahkan mulai tumbuh. Persebaya tidak hanya mampu lepas dari ancaman degradasi tetapi juga mulai memberikan ancaman kepada tim-tim lain di papan tengah dan papan atas.

Berada di posisi ke-9, jarak Persebaya menipis menjadi 7 poin dengan Borneo FC yang berada di posisi kedua. Green Force juga hanya terpaut 2 poin dari tim peringkat kelima Bhayangkara FC. Artinya, Persebaya masih punya peluang untuk finish lebih baik dari musim lalu. Lima besar bukan hal yang mustahil diraih.

Optimisme Persebaya menuju papan atas itu diungkapkan Kukuh Ismoyo, Bonek dan juga pengamat Persebaya. Keberhasilan meraih 3 kali kemenangan dan 2 kali hasil imbang dalam 5 laga terakhir seharusnya bisa dilanjutkan di 4 laga sisa.

“Tujuan coach Aji saya kira sudah tercapai, Persebaya lolos dari jurang degradasi. Ekspektasi Bonek juga sudah mampu dipenuhi, maksudnya walaupun masih maido sudah ngga nemen-nemen, karena sudah dapat satu slot Liga 1 musim berikutnya,” kata Kukuh.

“Tapi, kalau lihat gap antara Persebaya dengan peringkat 3 yang tidak terlalu jauh dan Aji juga belum pernah kalah. Jadi, di gas saja sampai pertandingan terakhir. Siapa tahu pencapaiannya bisa di 5 besar,” tambahnya.

Dhion Prasetya, penulis buku “Persebaya and Them” serta kolumnis aktif rubrik Opta Rawon di EJ juga hampir senada. Suporter Persebaya jelas ingin melihat tim kesayangannya bisa selesai di papan atas Liga 1 2019.

“Jelas pengen Persebaya di papan atas, masa di bawah saja. Kami ingin Persebaya menang terus, ingin di papan atas dan itu sangat realistis,” kata Dhion.

Persebaya karena itu harus memaksimalkan 4 laga sisa melawan Bhayangakara FC, Arema FC, Persija Jakarta dan Badak Lampung FC. Dhion percaya dan juga menantikan berbagai terobosan Aji. 

“Lawan Madura United kita sudah bermain apik. Sekarang kami menantikan pola-pola kejutan lain dari coach Aji,” kata Dhion. “Dengan pemain yang mulai komplet, komposisi pemain bentukan Aji sudah mulai terlihat. Semoga, sampai akhir Persebaya bisa maksimal,” tambahnya. 

BACA:  Merumuskan Ciri Khas Persebaya, Penuturan Penggawa Juara Perserikatan 1987/88

Optimisme itu semakin tinggi karena Aji mampu memperagakan karakter khas Persebaya. Permainan umpan-umpan pendek cepat sudah mulai terlihat. Meski tak sempurna dan belum konsisten, Persebaya dianggap mampu tampil lebih atraktif dan menghibur.

“Organisasi permainan dari kaki ke kaki Aji Santoso sudah bisa dinikmati. Artinya, ada perkembangan signifikan dari permainan sebelum-sebelumnya,” kata Rojil Bayu Aji, Bonek sekaligus pengamat Persebaya. 

Selain itu Aji Santoso juga dianggap mampu membangkitkan mental bertanding Ruben Sanadi cs. Perubahan drastis dari 6 laga tanpa kemenangan ketika ditangani Wolfgang Pikal menjadi 5 laga tanpa kalah sudah bisa menjadi bukti.

“Kalau kita lihat dalam 5 laga Aji memang tidak pernah kalah dan membawa perubahan signifikan. Aji bisa membangkitkan kepercayaan diri pemain. Mungkin karena Aji juga legenda yang diidolakan para pemain Persebaya saat ini,” kata Dosen salah satu universitas negeri di Surabaya itu.

Grafis: Iwan Iwe/EJ

Meski Tak Kalah, Persebaya Ala Aji Belum Sempurna Menampilkan Karakter

Aji Santoso memang berhasil membawa Persebaya, untuk sementara, tak terkalahkan di 5 laga beruntun. Kans untuk selesai di posisi papan atas juga cukup terbuka. Tapi, tak semua laga yang dilalui Aji mampu memuaskan Bonek. 

Saat melawan Semen Padang (28/11/2019) di Stadion Batakan, Balikpapan misalnya, para pemain Persebaya dianggap tampil dibawah performa terbaik. David da Silva sebagai ujung tombak kerap kali membuang peluang. Green Force pun harus puas meraih hasil imbang 1-1.

“Itu bukan karakter Persebaya sama sekali. Malah kalau saya bilang itu mirip seperti ketika dipegang Wolfgang Pikal. Mengandalkan umpan panjang, tidak ada umpan satu dua, tidak mengandalkan winger, persis seperti coach Pikal,” kata Kukuh Ismoyo.

Ya, saat itu satu-satunya gol Persebaya tercipta lewat skema serangan langsung. Alwi Slamat memberi umpan panjang ke kotak penalti yang mampu dimaksimalkan dengan baik oleh Diogo Campos. Tak ada kombinasi satu dua yang berbuah gol ke gawang Semen Padang.

Artinya, penampilan Persebaya di era Aji memang belum sepenuhnya konsisten. Banyak hal bisa jadi sebab. Diantaranya kendala beberapa pemain absen karena cedera, akumulasi kartu dan yang paling signifikan, pemanggilan pemain ke timnas.

“Kalau saya bilang coach Aji masih labil karena masih masa peralihan. Mungkin karena ada banyak pemain yang dipanggil timnas atau akumulasi dan cedera jadi menurut saya belum ketemu polanya,” kata Kukuh.

Penampilan Persebaya dengan karakter ngeyel khas Suroboyoan lebih tampak di laga terakhir melawan Madura United (2/12/2019). Tertinggal 1-2 lebih dulu, Rendi Irwan cs mampu membalikkan keadaan menjadi 3-2 di 10 menit akhir pertandingan.

BACA:  Mengejar Happy Ending, Mau Peringkat Berapa, Persebaya?

Sebelum kemenangan dramatis tersebut, Persebaya musim ini jarang sekali membalikkan keadaan. Ketika tertinggal lebih dulu, Green Force lebih sering mengakhiri laga dengan hasil imbang atau kalah.

Menurut catatan penulis, dari 14 kali keadaan tertinggal (data sebelum lawan Madura United,red), Persebaya hanya sekali mampu melakukan comeback. Itu terjadi saat Persebaya meraih kemenangan tipis 3-2 lawan Persela Lamongan di Stadion Gelora Bung Tomo (1/7/2019). 

Sedangkan 13 laga lainnya harus berakhir dengan 6 hasil imbang dan 7 kali kekalahan.

“Kalau bilang lawan Madura United sudah sesuai karakter saya bilang iya. Tapi secara keseluruhan masih belum,” ucap Kukuh.

Foto: Rizka Perdana Putra/EJ

Atasi Problem Lini Belakang

Beberapa pe-er kini harus diselesaikan Aji. Paling mencolok adalah mengatasi masalah di lini belakang. Meski punya dua bek tengah bertaraf nasional yaitu Hansamu Yama dan Otavio Dutra itu tidak menjamin pertahanan Persebaya bakal kokoh. 

Sampai pekan ke-30 Persebaya sudah kebobolan sebanyak 40 kali. Kehadiran Aji sejak pekan ke-26 lalu juga belum mampu membawa efek instan perbaikan di lini belakang. Dari 5 laga terakhir ditangan Aji, Persebaya sudah kebobolan 7 gol.

“Persebaya memang tim yang unik, punya dua bek standar nasional tapi jumlah kebobolan tidak begitu baik. Mungkin di awal musim problemnya terlihat di kiper, tapi melihat 10 pertandingan terakhir saya rasa kiper Persebaya sudah mengalami perkembangan,” kata Kukuh Ismoyo.

“Jadi memang ada lubang di lini pertahanan Persebaya. Terlepas dari buruknya penampilan bek Persebaya, mungkin juga karena rotasi pemain sebagai akibat dari cedera atau pemanggilan pemain ke timnas,” tambahnya.

Beberapa opsi di lini pertahanan memang sudah dicoba sejak awal musim. Selain Hansamu dan Dutra, Persebaya masih punya Mokhammad Syaifuddin, Andri Muliadi atau Rachmat Irianto. Syaifuddin dan Andri seringkali diturunkan ketika Hansamu atau Dutra mendapat panggilan timnas.

Sering bongkar pasang bek tengah tampaknya tak berpengaruh baik pada Persebaya. Green Force kini menjadi tim peringkat 7 daftar kebobolan terbanyak.

Tapi, jika beberapa kekurangan itu mampu diminimalisir dalam waktu yang singat, bukan tidak mungkin Persebaya bisa selesai di posisi papan atas. Minimal, Persebaya bisa mendapat hasil lebih baik dari musim lalu di posisi 5 klasemen akhir Liga 1.

“Kalau kita bicara 2 besar untuk AFC (runner-up Liga 1 mendapat satu slot play-off Piala AFC,red) itu terlalu muluk karena tergantung hasil tim lain juga. Tapi, kalau Persebaya menunjukkan permainan dan mental seperti lawan Madura United saya yakin 5 besar bukan hal yang mustahil. Lima besar itu sudah diluar ekspektasi Bonek,” kata Kukuh. (riz)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display