Karpet Hijau untuk King Arthur

Arthur Irawan. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Karpet hijau sudah disiapkan dengan sangat matang. Sang raja sudah pasti sudah dihubunginya beberapa hari sebelumnya. Persiapan kedatangan sang raja sangat rapi. Segala lini mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk media sosialnya membuatkan grafis untuk sang raja.

Malam itu, 9 Januari 2018, teka-teki kedatangannya disampaikan melalui akun official klub. Dengan siluet gambar hitam bayangan tamu agung yang akan datang ke Surabaya. Dua kalimat tanya di awal menyebutkan bahwa bayangan hitam itu berasal dari Surabaya dan pernah bermain di tim nasional Indonesia. Sontak follower yang mencapai 300 ribuan terbelalak dan kaget bukan kepalang. Ratusan meme dan komentar muncul di semua media sosial. Lucu, menggelitik, dan satir. Sebuah teka-teki yang mudah dijawab untuk kedatangan sang raja.

Keesokan harinya, 10 Januari 2018, siapa yang dinantkan datang juga. Bertempat di lapangan Polda Jatim pada pukul 07.30 WIB memakai jersey nomor 17 tamu agung datang. Karpet hijau sudah dilewati sejak satu hari sebelum kedatangan. Ya, sang raja adalah Arthur Irawan. Dia adalah King Arthur.

Konon katanya beliau adalah andalan klub asal negara Luis Milla, pelatih nasional Indonesia saat ini. Espanyol B adalah klub yang pernah juga menjadi tempat King Arthur menjalankan roda kehidupannya. Banyak dihabiskan di Spanyol, Belgia, Austria, dan entah mana lagi. Saat junior bahkan sempat ke Manchester United. Layaknya raja-raja Jawa tempo dulu, King Arthur menempa pendidikan sepak bolanya di luar negeri.

Iklan
BACA:  Tak Mainkan Arthur, Persebaya Terancam Sanksi

Kembali ke Indonesia tercatat pernah bersama Persija, Borneo FC, dan PSM Makassar. Ketiga klub tersebut merupakan klub mapan dan papan atas di tanah air. King bukan sebagai pemain utama. Bahkan statusnya banyak sebagai pemain pinjaman. Tapi king tetaplah king. Menghuni singgasana di sebelah pelatih saat timnya bermain adalah seperti kewajiban. Hitungan menit bermain sangat rendah. Tidak diketahui juga apakah menit berlatih di klub sebelumnya juga lebih rendah daripada pemain lainnya. King tetaplah istimewa.

Sekali bermain untuk Persebaya pada laga uji tanding melawan PS Kota Pahlawan. Bermain tidak lama, nama besar seorang raja tidaklah surut. Lapangan Karanggayam terlalu keras untuk sang raja. Harus dijaga agar tidak cedera. Para pemain Kopa diintruksikan cukup memgawal sang raja biar mendapatkan bola di kalinya. Ya cukup mengawalnya dari jarak tertentu. Panasnya udara latihan pagi juga cukup mengganggu kenyamanannya. Terbiasa udara dingin dan sejuk Eropa membuat cuaca Surabaya seperti saat raja liburan musim panas.

Laga Piala Presiden 2018 saat Persebaya menghadapi PS TNI sang raja bahkan dijaga agar tidak kehujanan. Hujan sejak siang bisa membuatnya flu ataupun masuk angin. Tribun VIP membuatnya lebih tenang dan baik menyaksikan para pemain lain berjuang. Sambil memandang rakyatnya (penonton) sesekali sang raja tersenyum. “Inilah istanaku sekarang. Gelora Bung Tomo harus aku jadikan istanaku”. Mungkin seperti itu batinnya. Melihat kreatifitas dan nyanyian Bonek yang sangat keras. Sang raja merasa itu nyanyian puji-pujian untuknya. Raja merasa senang.

BACA:  Ini Gaya Permainan Arthur Saat Jalani Seleksi di Persebaya

Sampai akhirnya pada 20 Januari 2018 sore beredar foto King Arthur memegang kertas putih bertuliskan PT Persebaya Indonesia. Menggunakan jaket baru didampingi seseorang yang hanya terlihat tangannya. Ya King Arthur sudah resmi menjadi raja di Persebaya. Istimewanya bahkan akun official Persebaya belum mengumumkan secara resmi. Bahkan sampai tanggal 21 Januari 2018 pagi belum ada rilis resmi yang memperlihatkan sang raja duduk di kursi lengkap dengan mahkota dan baju kebesarannya. Sangat istimewa dan luar biasa. Jika mengutip kata Zlatan Ibrahimovic mungkin king akan mengatakan “Jangan bandingkan (recovery) manusia dengan singa”.

Selamat datang penghuni istimewa King Arthur di Persebaya. Jadikan istanamu sekarang menjadi tempat yang nyaman. Lakukan yang terbaik untuk kerajaan mencapai kejayaan. Jika tidak bisa menjadi raja yang baik, bijak, dan berprestasi bisa menjadi bumerang atas tahta yang didudukinya. Singgasana panas sekarang ini lagi raja duduki.

Ini Surabaya bukan seperti kota-kota lain yang pernah raja taklukan. Surabaya dan Persebaya lebih besar dari yang kau kira. Ini kandang buaya.

Salam satu Nyali!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display