EJ Sharing

Sejenak cooling down membahas Persebaya dengan segala hiruk-pikuk di dalamnya. Bolehlah sedikit menikung tajam membahas sesuatu yang lebih serius untuk disuarakan. Betul sekali, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).

Berbicara mengenai sebuah pertandingan sepak bola. Kadang tak terlepas dengan faktor magisnya sebuah kandang lawan, faktor keberuntungan, maupun data statistik di lapangan. Beberapa pekan belakangan ini ada laga di Liga 1 maupun di Liga 2 yang tersiar kabar bahwa ada hal magis kala pertandingan tersebut berlangsung. Entah hanya kabar hoaks untuk mengalihkan perhatian atas kekalahan terhadap tim tersebut maupun memang benar adanya.

Semakin banyak wartawan menggunakan kata mempermalukan dalam ranah olahraga. Kecenderungan ini perlu dicermati dan dikritik. Dalam olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas, semestinya tidak dikenal kata malu, mempermalukan, atau dipermalukan. Kalah itu soal biasa. Sebab dalam pertandingan atau perlombaan selalu ada pihak yang menang dan kalah.

Memasuki bulan Mei, Surabaya terasa sibuk dengan berbagai agenda dan acara untuk menyambut HUT Surabaya yang ke-723.

Dan itulah kultur Arek yang sesungguhnya. Gigih, pantang menyerah, kerja keras, dan militan.

Yang saya harapkan untuk panpel ke depannya, mungkin bukan hanya saya saja yang dari luar kota.

Saya berharap manajemen bekerja sama dengan pihak Kepolisian dan Bonek untuk membuat video kampanye safety riding.

Empat poin dari dua game babak 16 Besar adalah buah perjuangan panjang. Tentu saja belum cukup untuk maju ke babak 8 Besar. Masih ada dua...

Berikut adalah prediksi penulis tentang jumlah penonton laga home Persebaya sebanyak 17 laga.

Sejak dulu, cukup banyak pemain Persebaya (bahkan sejak jaman SVB dan SIVB) yang berasal dari etnis Tionghoa.