Persebaya Akan Baik Jika Sekelilingnya Baik

Persebaya di Stadion Jenggolo (28/1). Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Sesuatu akan baik jika sekelilingnya juga baik.

Sebuah kalimat klise yang akan terus digunakan oleh orang-orang untuk menjelaskan sesuatu dengan cara sederhana, mencakup banyak topik termasuk tim sepak bola seperti Persebaya Surabaya.

Sebagai seorang penggemar, pastilah kita menginginkan dan mengharapkan yang terbaik untuk Persebaya. Ada beberapa catatan penting berupa harapan dari penulis yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan demi kejayaan di masa mendatang.

Pengelolaan Organisasi dan Terobosan Inovatif

Iklan

Sebagai sebuah perusahaan, Persebaya harus menjalankan proses pengelolaan degan baik sebagaimana mestinya. Struktur organisasi harus dipecah secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan bersama. Termasuk dari segi aliran pendanaan mencakup skala prioritas sektor mana saja, agar rencana tim baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat diminimalisir kerugiannya. Dan yang paling penting: menjalankan dengan sepenuh hati.

Dari sisi inovasi, meledaknya kualitas jersey 2017 lalu dengan teknologi croco, antibakterial, anti-odor, quick dry, dan anti-UV harus dikawal terus dengan pengembangan yang lebih baik. Jangan sampai menurun atau bahkan lebih buruk. Persebaya harus selalu lebih baik.

Harus Beri Kepercayaan Produk Internal

Ciri khas Persebaya sejak dahulu adalah melahirkan pemain bintang. Dari sebuah lapangan di samping Gelora 10 November, yakni lapangan Karanggayam muncul ribuan talenta muda yang siap menampilkan kualitas terbaiknya di dunia sepak bola Indonesia. Tentu saja muara utama mereka adalah Persebaya, sebab namanya Kompetisi Internal Persebaya. Walaupun tentu ada juga yang bersinar dengan klub lain. Banyak alumni kompetisi internal yang sukses hingga membela tim nasional Indonesia di ajang internasional.

Kualitas pembinaan ini juga diakui oleh beberapa legenda dalam Suplemen Khusus: Persebaya Selamanya (13/6/2017). “Ketika saya (main) di Kompetisi Internal banyak pemain datang dari luar Jawa sehingga bisa menjadi alat mengukur kemampuan,” ujar Bejo Sugiantoro, bek legendaris Persebaya jebolan Indonesia Muda yang sudah menembus tim nasional. Termasuk kiper timnas Putu Yasa yang juga merasakan dampak positif dari kompetisi ini. “Kemampuan saya sebagai kiper terlatih karena kompetisi internal Persebaya,” kata jebolan tim Sasana Bhakti itu (hlm. 22). Ram Surahman pada Suplemen Persebaya (28/11/2017) lalu menjelaskan bahwa semua pembinaan di klub internal tujuannya mengabdi untuk pembibitan sepak bola Surabaya, khususnya Persebaya (hlm. 22).

Maka dari itu, wajar ketika seorang penggemar Persebaya mengharapkan hal lebih dari kompetisi internal ini, terutama dari segi mentalitas dan gaya bermain. Sebab mereka ditempa sesuai dengan faktor sekelilingnya yang Suroboyo banget. Apalagi saat ini sudah ada tim Persebaya kelompok umur yang siap menjadi wadah berkembang dan menunjukkan kualitas kepada publik pecinta bola Indonesia. Namun ada catatan yang perlu digarisbawahi jika menilik statistik tiga musim terakhir Persebaya tentang pemain jebolan internal yang diandalkan sebagai starter. Angkanya terus mengalami penurunan.

Pada musim 2017, Persebaya yang baru pertama berkompetisi setelah dibekukan langsung mengandalkan banyak pemain dari jebolan kompetisi internal. Selama 25 laga dari penyisihan hingga juara, rata-rata pemain jebolan kompetisi internal yang dimainkan sebagai starter mencapai angka 5,08 atau hampir setengah dari tim di tiap pertandingannya. Setelah promosi, banyak pemain baru yang direkrut Persebaya untuk memperkuat tim. Pada musim kedua ini, angka rata-rata starter jebolan internal turun menjadi 3,97 saja per-laga. Termasuk musim lalu ketika finish sebagai runner up, Persebaya mengandalkan jebolan kompetisi internal sebagai starter rata-rata 3,67 tiap pertandingan. Statistik lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Statistik Starter Persebaya Jebolan Internal Berdasarkan Musim

MUSIM KOMPETISI JUMLAH LAGA JUMLAH STARTER RATA-RATA
2017 25 127 5,08
2018 34 135 3,97
2019 34 125 3,67
2020 (*) 2 6 3

(*) Musim 2020 Persebaya baru memainkan dua pertandingan.

Tabel 2. Statistik Starter Persebaya Jebolan Internal Berdasarkan Pelatih

ERA PELATIH JUMLAH LAGA JUMLAH STARTER RATA-RATA
IWAN SETIAWAN 3 15 5
AHMAD ROSIDIN 1 5 5
ALFREDO VERA 39 174 4,46
DJANUR 27 101 3,74
BEJO SUGIANTORO 6 26 4,33
WOLFGANG PIKAL 8 32 4
AJI SANTOSO 11 40 3,63
BACA:  Bonek Berubah, Siapkah?

Data riset penulis dan sumbernya (XLSX) dapat dilihat dalam link berikut.

Dengan demikian, Persebaya perlu lebih memberikan kesempatan lagi bagi pemain jebolan kompetisi internal. Atau setidaknya dikemudian hari jangan sampai tidak ada sama sekali pemain yang diandalkan. Sebab kita semua tentu yakin selama ini kualitas mereka bukan kaleng-kaleng. Paling anyar, Rizky Ridho dan Koko Ari Araya bisa menjadi bukti. Sebab, sekali lagi, keuntungan merekrut pemain jebolan internal ini bukan hanya datang dari sisi teknis saja, tapi secara hati dan pikiran sudah mantap untuk berjuang bersama Persebaya.

Pentingnya Kondisi Pemain dan Internal Tim

Selain faktor permainan di lapangan, kondisi pemain dan internal tim juga harus menjadi perhatian. Beberapa bulan lalu sempat muncul isu tidak sedap tentang internal tim Persebaya dimana dikabarkan beberapa pemain kurang harmonis. Entah benar atau tidak, tetapi hal seperti ini bukan masalah sepele dan harus segera diantisipasi karena dampak yang dihasilkan bisa berpengaruh kepada sang pemain, bahkan peforma tim secara keseluruhan.

Afif Kurniawan, Psikolog Persebaya dalam Mereka Juga Punya Peran (Jawa Pos, 5/12/2017) menceritakan bagaimana kondisi Irfan Jaya ketika sang pemain tidak bisa tampil maksimal akibat masih kasar dan tanggung jawabnya rendah. Dengan treatment dan konseling khusus kepada mantan penggawa PSM U21 tersebut, grafik permainan Irfan perlahan beranjak naik. Dia juga bisa mempelajari tanggung jawab dengan baik. “Untuk Irfan Jaya, saya memberikan konseling khusus, terutama adaptasi. Beri dia kepercayaan, maka dia akan jauh lebih berkembang,” terang Afif (hlm. 24). Dan kita semua Bonek Bonita tahu bagaimana hasilnya: Irfan Jaya dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga 2 2017.

Agil Haji Ali, manajer Persebaya 1987-1988 dalam Sepak Bola Gajah Paling Spektakuler (2016) juga pernah berperan dalam mengangkat peforma pemain dan tim. Ketika itu Mustaqim yang diplot untuk menggantikan striker utama Anis Fuad akibat cedera, tampak kurang percaya diri. Selama tur away, Mustaqim juga tampak murung. Apalagi saat itu Persebaya baru saja kalah atas PSM. Saat di dalam pesawat, Agil Haji Ali berdiri dan membacakan sebuah puisi untuk Mustaqim. Gaya pak manajer saat membawakan puisi itu berhasil membuat Mustaqim tersenyum dan tertawa. Sementara pemain lain juga tertawa dan tepuk tangan melihat adanya penyegaran ini. “Iso ae pak Manajer ini,” kata Mustaqim (hlm 61). Tampaknya hal itu ampuh, peforma Mustaqim langsung menanjak dan mencetak gol. Persebaya menang atas tuan rumah Persipura.

Nah, hal seperti itulah beberapa contoh yang diharapkan oleh penggemar kepada kondisi pemain maupun internal tim. Tentang bagaimana mengelola kondisi dan situasi agar muncul rasa nyaman, semangat, dan gembira demi permainan maksimal di lapangan. Kekeluargaan di dalam tim sangat penting untuk meraih prestasi.

Penggemarnya pun Juga Harus Baik

Masalah yang cukup rumit. Cap negatif dampak perilaku di masa lalu ternyata masih cukup membekas bagi masyarakat umum. Tantangan sebenarnya bagi Bonek-Bonita adalah bagaimana mengubah cap tersebut menjadi positif. Ketika Persebaya dibekukan, Bonek-Bonita punya waktu panjang untuk merenung dan evaluasi diri.

Namun ternyata masalah belum selesai. Ketika ambil bagian dalam kompetisi perdana di Liga 2 2017 lalu, Persebaya cukup kesulitan untuk main di pertandingan tandang akibat terganjal izin keamanan. Hingga beberapa kali harus bermain tanpa penonton seperti melawan PSBI (Stadion Sultan Agung, Bantul) dan Persinga Ngawi.

Benar-benar tidak mudah. Bahkan usaha untuk membuktikan bahwa Bonek sudah berubah sekalipun. Azrul Ananda dalam Membangun Rasa Percaya (Jawa Pos, 18/7/2017) setelah laga melawan Persinga menuliskan bahwa membangun kepercayaan itu tidak gampang. Butuh waktu, butuh bukti, dan butuh konsistensi (hlm 21). Hal itu memang masuk akal sebab menghapus cap negatif memang butuh usaha keras dan tidak mudah. Butuh waktu singkat. Hingga akhirnya titik balik lunturnya cap negatif kepada Bonek itu hadir mulai laga melawan tuan rumah Madiun Putra di Stadion Wilis, Madiun. Mulai saat itu, perlahan pertandingan tandang Persebaya boleh disaksikan oleh Bonek.

BACA:  Harapan Setelah Wabah Covid-19 Berakhir

Namun sayang sekali, ternyata problem klasik itu belum usai. Masih banyak pelanggaran yang dilakukan, terutama dari sisi regulasi disiplin. Musim 2017, Persebaya pernah terkena denda Rp 67,5 juta akibat kericuhan dalam laga melawan Kalteng Putra. Ketika tahun 2018 menjadi tim promosi di kasta tertinggi, angka denda meroket hingga Rp 1,4 Miliar! Bahkan pada musim 2019 lalu, selain denda yang (masih) mencapai Miliaran rupiah, suporter juga harus rela tidak mendukung Persebaya secara langsung imbas kericuhan pada laga melawan PSS Sleman.

Di tengah situasi tersebut, masih saja muncul pemikiran “Lho gapopo losss, Persebaya kan sogeh”, “Wah iki golek-golek iki, mentang-mentang Persebaya tim sogeh”, “Lho kok podo-podo flare, tapi dendone bedo! Wah iki pasti onok permainan!” kurang lebih seperti itulah opini yang kerap muncul di media sosial.

Itu adalah pemikiran yang salah total. Sebab, uang miliaran yang dibayar untuk denda itu seharusnya bisa dikelola lebih baik oleh manajemen demi keperluan Persebaya. Bukan lagi kalimat bergengsi soal klub kaya atau tidak. Kemudian, soal nominal denda yang beda hal itu sebenarnya sudah dibahas dalam regulasi disiplin PSSI (PDF). Ada aturan lain terkait akumulasi atau pelanggaran pengulangan. Jika suporter melanggar aturan yang sama lebih dari sekali, maka nominal denda akan lebih tinggi. Seperti yang pernah saya kupas di artikel berikut.

Di sinilah pentingnya edukasi kepada sesama Bonek-Bonita, agar menekan nominal denda Persebaya dikemudian hari. Lebih jauh, edukasi yang dilakukan bisa mencakup seluruh aspek suporter baik secara moril ataupun materiil. Capo Ipul dalam Bonek Revolution 19:27 in Frame (2016) turut menjelaskan pentingnya edukasi menjadi suporter Bonek yang baik dan benar. Terlebih jika hal itu dilakukan di setiap sudut kampung-kampung di Surabaya agar ketika keluar (berangkat) menonton Persebaya, mereka paham bagaimana kewajiban menjadi suporter yang baik dan benar. “Berpenampilan rapi, beratribut, membawa uang, membawa motor (kendaraan) dan perlengkapan berkendara (surat-surat resmi), pakai helm, membeli tiket. Itu kewajiban suporter. Bukan menjadi perusuh,” tegas dirijen tribun Green Nord itu.

Dengan dilakukannya edukasi secara masif, harapannya cap negatif kepada Bonek terus terkikis dan menghilang. Hal itu juga bisa dimulai dari diri sendiri dengan saling mengingatkan teman-temannya atau sekelilingnya yang ingin berbuat pelanggaran terhadap regulasi ketika di tribun stadion. Pelan pelan, memang butuh waktu. Tapi bukan mustahil kok, pasti isok rek!

Jadwal Kompetisi Yang Merakyat

Sedangkan yang satu ini mencakup banyak pihak, tapi bisa disampaikan dan diperjuangkan oleh klub-klub anggota seperti Persebaya. Jadwal kompetisi di Indonesia selama ini relatif sempit yang berdampak pada jeda pertandingan tiap pekan berbeda. Bahkan dua musim belakangan, banyak tim yang kesulitan menampilkan peforma terbaik akibat masa recovery yang minim. Belum lagi tambahan turnamen pendamping seperti Piala Indonesia.

Harapannya penjadwalan Liga Indonesia dapat meniru dari luar negeri, dimana mayoritas pertandingan tiap pekannya adalah saat akhir pekan. Hal itu bisa sangat berdampak pada klub karena penonton yang hadir berpeluang lebih banyak karena hari libur. Roda ekonomi sekitar stadion juga pasti berjalan. Kemudian operator kompetisi juga bisa menyelipkan turnamen pendamping seperti Piala Indonesia pada tengah pekan. Itu adalah impian suporter manapun, tentang sepak bola sebagai hiburan masyarakat.

Persebaya akan baik jika sekelilingnya juga baik.

Salam Satu Nyali, WANI!

*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display