EJ Sharing

Persebaya butuh orang yang tidak hanya memandang bisnis atau mempunyai maksud terselubung lain.

Legenda itu bernama Persebaya Surabaya, yang didirikan oleh M. Pamoedjie pada 18 Juni 1927. Kala itu masih bernama Soerabajasche Indische Voetbal Bond (SIVB).

Bonek sekarang sudah mulai menunjukkan taringnya kembali, seiring dengan bangkitnya Persebaya di kancah sepak bola Indonesia paska dibungkam kurang lebih lima tahun.

Petang nanti, Persebaya bakal ditantang oleh tamunya, Madura United. Pertandingan ini memiliki makna yang berbeda bagi kedua kesebelasan. Bagi Madura United, meraih angka penting untuk menjaga asa mereka menuju papan atas. Sedang bagi Persebaya Surabaya, angka penuh merupakan sebuah keniscayaan bila ingin bertahan di kompetisi Liga 1.

Ya… ya... ya... Persebaya Surabaya secara heroik dan dramatis memang sudah menjejakkan kakinya ke partai final Piala Presiden 2019. Sebuah pencapaian yang sebetulnya tak diduga-duga eh... atau sudah diprediksi sebelumnya?

Kejelian kita memaknai media sosial dan menumbuhkan rasa kemanusiaan sebesar-besarnya terhadap manusia lain adalah cara yang tepat untuk menentukan arah ke depan suporter kita.

Berbekal bakat muda itulah, kiranya gambaran tim Persebaya untuk mengikuti Liga 1 tahun 2021 terlihat nyata.

Musuh terberat kita bukan rival, tapi yang mengaku bonek dan ternyata kriminal

Bukan Persebaya namanya jika tidak mengoptimalkan potensi hasil pembinaan internal mereka.

Bonek di era yang sekarang terkadang masih dipandang kurang baik oleh masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa Bonek adalah suporter yang brutal, suka menjarah para pedagang, dll. Sebenarnya dilihat dari kacamata suporter, Bonek merupakan pelopor Awaydays yang pertama kali di Indonesia. namun diluar konteks tersebut Bonek tetaplah Bonek dengan segala kekurangan dan kelebihannya.