Belum Dua Musim, Denda Persebaya Dekati Market Value Andik Vermansah
Pelanggaran demi pelanggaran yang dilakukan oleh oknum suporter membuat Komisi Disiplin PSSI “sangat leluasa” untuk menjatuhkan sanksi kepada Persebaya Surabaya. Terbaru, hasil Sidang Komdis PSSI tanggal 31 Juli lalu Persebaya terkena hukuman Rp 150 juta karena terbukti ada pelanggaran penyalaan suar, bom asap serta pelemparan botol. Hal ini diperparah dengan regulasi akumulasi (pengulangan) yang membuat Persebaya terkena hukuman tambahan.
Bentrok di Sragen Bukan Ulah Bonek
Bonek adalah para pendukung Persebaya Surabaya. Titik. Masalahnya, yang bermain melawan Arema Cronus di Piala Jenderal Sudirman bukanlah Persebaya. Melainkan Surabaya United.
Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut
“Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut.” Mungkin kalimat itu yang bisa menggambarkan kondisi sepak bola tanah air dan para suporternya untuk saat ini.
Melihat Aremania di GBT dan Bonek di Kanjuruhan, Mungkinkah?
Dibutuhkan nyali dan jiwa yang sangat besar di antara keduanya untuk bisa menerima kunjungan away fans di tiap laga.
Saran Bonek untuk Persebaya Usai Kalah dari Arema FC
Kekalahan Persebaya 0-2 atas Arema FC sangat menyakitkan bagi Bonek. Optimis mampu melaju ke final, Persebaya malah kebobolan dua gol akibat kesalahan sendiri. Hal inilah yang membuat Bonek menuliskan beberapa saran untuk Persebaya sebagai bahan evaluasi saat mengarungi Liga 1. Berikut beberapa saran yang dikirim melalui email redaksi.
Pak Polisi, Jangan Usir Bonek dari Ngawi
Tujuan kami ke Ngawi hanya satu: mendukung Persebaya. Biarkan kami bernyanyi di sekitaran stadion seperti saat kami mendukung Persebaya dari luar Stadion Sultan Agung, Bantul. Itu sudah cukup bagi kami. Biarkan nyanyian kami membakar semangat para pemain.
Fetisme Komoditas dalam Sepak Bola
Ketenaran sepak bola ini, tidak lepas dari peran kapitalisme. Kapitalisme mengindustrialisasi sepak bola sedemikian rupa hingga dapat dinikmati oleh masyarakat dunia dengan mudah. Kapitalisme menciptakan sebuah fetisme komoditas dalam sepak bola yang mengubah konstruksi sosial pada sepak bola.
Lekas Pulih Persebayaku
Persebaya merupakan kebanggaan kita semua. Banyak yang mencintai persebaya hingga kehilangan akal sehatnya. Kemarin Surabaya dibuat malu oleh sebagian oknum suporter yang merangsek masuk lapangan membentangkan spanduk “JANGAN BIKIN MALU SURABAYA”, merusak pagar pembatas, merusak billboard dan menyalakan kembang api serta flare. Apakah tindakan tersebut benar? Atau suatu pembenaran diri oleh oknum tersebut? Tindakan tersebut tidak ada bedanya dengan tindakan suporter yang kalian anggap ‘rival’, sama-sama bikin malu! Kecewa dengan hasil pertandingan boleh saja, namun kekecewaan tersebut apakah harus diimplementasikan dengan tindakan demikian?
Tetaplah Ber93ma Persebaya
Sejujurnya, saya bukan lagi seorang Bonek saat menulis tulisan ini. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa saya pernah menjadi penggemar klub berjuluk Green Force, meskipun pada akhirnya memutuskan untuk memilih menjadi suporter serta penikmat klub lokal di tempat di mana saya tumbuh. Saya masih sering mengikuti siaran pertandingan Persebaya dan tak jarang pula ikut bersorak ketika Bajul Ijo berhasil membobol gawang lawan. Terlebih untuk dua gol Irfan Jaya dan Rishadi Fauzi melawan PSMS Medan. Tiga gol tersebut membuat saya ikut bergembira bisa melihat Persebaya kembali di liga teratas.
Kepercayaan kepada Persebaya Menyatukan Hati dan Harapan
Persebaya benar benar menjadi pembeda kontestan di Liga 1 musim 2018. Hadir sebagai juara di Liga 2 musim 2017 rupanya tak menjadikan jaminan bahwa tim kebanggaan arek Suroboyo ini se-moncer di Liga 2 lalu. Tentu ini bukanlah komparasi sepadan level Liga 1 ataupun Liga 2, namun jika merujuk nama besarnya, kondisi saat ini bukanlah level Persebaya.















