Perjuangan Tiada Henti, Persebaya Juara Lagi
Perjalanan yang tidak mulus dilalui klub Bajul Ijo yang tak lain dan tak bukan ialah Persebaya Surabaya. Bonek bukan sekadar suporter, Bonek juga sebagai mujahid atas kembalinya Persebaya di liga Indonesia.
Persebaya dan Bonek Menuju Sejarah Baru
Kompetisi tahun 1996/1997, mungkin itulah puncaknya saya begitu menyukai Persebaya dengan The Dream Teamnya era manajer Walikota cak Narto dan pelatih saat itu Rusdi Bahalwan.
From Bonek To Persebaya, Sebuah Ekspektasi untuk Sang Kebanggaan
Hari ini (18/6/20), klub kebanggaan Bonek dan Bonita berulang tahun yang ke-93. Saya percaya di tahun ke-93 ini adalah tahun golden age milik Persebaya. Dan karena itu saya menulis 9 harapan saya untuk Bajol Ijo agar dapat semakin berjaya dan berprestasi. Saya meyakini Persebaya sudah berada di jalur yang tepat, tinggal terus mengelaborasi semua komponen pendukungnya. Berjayalah Green Forceku, terbanglah dan semakin melejit!
Persebaya di Mata Kami (Bonek), 93 Tahun Rebut Kembali Kejayaan
Bagi saya persebaya adalah tim kebanggaan yang terpilih untuk dijagokan. Entah kenapa naluri ini muncul sedangkan saya sendiri hanyalah pendatang di Surabaya. Perkenalan saya dengan Persebaya sudah dimulai dari Sekolah Dasar. Kesan saya tertuju pada tahun 2004, era pelatih Jackson F. Tiago yang menjadi juara Liga Indonesia bersaing ketat dengan PSM dan Persija.
Wisata Bola dan Museum Persebaya
Suatu ketika bertanya dalam hati saat melihat tayangan One Stop Football tentang room tour ke stadion San Siro Milan, apakah kelak Persebaya bisa seperti ini? Membuat sebuah wisata baru di dunia sepak bola Indonesia. Mungkin nanti akan menjadi satu-satunya di Indonesia yang dimiliki klub profesional. Secara Persebaya adalah tim dengan segudang prestasi dan sejarah. Sayangnya beberapa kurang tercatat dan mungkin sirna ditelan waktu, daripada hilang tertelan zaman alangkah lebih baik kalau dibuatkan sebuah museum.
Menjauhlah dari Keberuntungan
Melihat pertandingan yang sudah di maikan Persebaya baik secara langsung atau dari layar kaca jamak kiranya merasakan atmosfer pertandingan secara lansung. Ada emosi yang muncul baik hasil miror maupun hasil yang maksimal. Satu hal yang paling disorot adalah apa yang disajikan di lapangan yakni elemen dalam tim.
Lika-Liku Menuju 93milang
93 Bukanlah angka yang kecil untuk ukuran umur, bahkan mungkin sudah melekat dan melegenda. Persebaya dengan segudang cerita telah menjabarkan arti penuh perjalanan, beragam lika-liku sudah biasa menjadi santapan.
93 Persebaya Surabaya, 93ngsi Dong!
Persebaya tidak boleh menjadi tim yang juara, kemudian terdegradasi satu musim setelahnya. Persebaya harus menjadi tim yang stabil di papan atas nan solid
Harapanku, Harapanmu, dan Harapan Kita untuk Persebaya
Persebaya, itulah singkatan dari Persatuan Sepak Bola Surabaya. Siapa yang tak kenal dengan nama itu? Tim yang berjuluk Bajul Ijo itu bermarkas di kota pahlawan yang menjadi kebanggaan masyarakat Surabaya bahkan seluruh masyarakat Jawa Timur. Tim yang penuh dengan catatan sejarah, dan tim yang memiliki suporter militan bernama Bonek.
Fetisme Komoditas dalam Sepak Bola
Ketenaran sepak bola ini, tidak lepas dari peran kapitalisme. Kapitalisme mengindustrialisasi sepak bola sedemikian rupa hingga dapat dinikmati oleh masyarakat dunia dengan mudah. Kapitalisme menciptakan sebuah fetisme komoditas dalam sepak bola yang mengubah konstruksi sosial pada sepak bola.